Marhaban 1443 H

13 hari berlalu dari tahun 1443 H, bagi sebagian besar kita pasti selalu merasa waktu berlalu sangat cepat.

Belum lagi rencana A terwujud sudah berlalu tenggat waktunya dan berdatangan pula rencana serta target lainnya.

Alhamdulillah… Pujian itu haruslah senantiasa terucap, baik atas segala nikmat maupun ujian yang kadang kita belum tahu hikmah di balik hal tersebut.

1442 Hijriyah memberikan banyak kenangan indah, 1 tahun dengan berbagai gejolak ujian, ribuan nikmat dan berjuta rasa. Selama 1442H dunia masih diwarnai oleh Covid-19 tak terkecuali Indonesia dengan jumlah kasus yang menduduki posisi teratas di dunia untuk beberapa periode. Banyak bisnis bertumbangan, karyawan berubah status jadi pengangguran walau tetap ada sebagian yang bertumbuh pesat dan menjadi makin sejahtera.

Sebagai pribadi, istri dan ibu, saya merasa sangat bersyukur Allah masih melimpahi keluarga kami dengan beragam nikmat. Selama pandemi, anak-anak yang biasanya jadi pelanggan tetap RS beberapa bulan sekali karena bakat alergi dll Allah berikan kesehatan. Maryam sempat demam di masa awal pandemi kemudian sakit berikutnya yang menyebabkan demam dan batpil dialami bergantian hampir bersamaan yaitu Mush’ab, Haidar dan Maryam bulan Juli lalu.

Kabar paling membahagiakan sepanjang 1442H adalah alhamdulillah, biidznillah kaka Faza Allah karuniakan anugerah menyelesaikan setoran hafalannya di bulan Rajab, dan menyelesaikan setoran 30 juz keduanya di awal bulan Dzulhijah tepat sebelum sekolah daring di pesantrennya dimulai. Haru yang melingkupi hati kami sekeluarga membuat kami semua berdoa dan bertekad dapat menjadi keluarga Allah di bumi-Nya, melalui interaksi tanpa henti dengan Al Qur’an. Semoga Allah ijinkan Alqur’an tidak hanya lancar keluar dari lisan keluarga kami, namun terpatri juga setiap aplikasi ayat di dalamnya dalam akhlak dan adab kami.

Menyambut 1443 H ini ada beberapa perubahan besar yang kami hadapi, kaka Faza yang merantau untuk thalabul ilmi ke Pesantren Al Irsyad Putri di Tengaran, Semarang. Pindahan Taqia, alhamdulillah, Allah ijabah Taqia punya ruko sendiri di lokasi yang tidak jauh jaraknya dari tempat sewa sebelumnya. Sekolah lagi, saat ini masih proses mendaftar sih, jadi belum resmi sekolah lagi juga, hehe… Mohon doanyaa… Semoga Allah kabulkan permohonan kami (saya dan suami) untuk bisa belajar lagi lebih mendalam tentang Pendidikan Islam. Agak deg-degan sih, sudah lama banget ga duduk belajar formal, semoga otak ini masih cukup encer meencerna semua ilmu yang juga baru pastinya untuk saya dan suami, karena basic kami berdua almost sama ya… S1 Akuntansi, profesi akuntansi, S2 manajemen strategik, dan strategic Finance, terus sekarang terjun bebas menuju Pendidikan Islam.

Pengen cerita dikit, kenapa akhirnya terjun ke bidang yang jauh berbeda dengan basic pendidikan kami sebelumnya. Pertama, kami berdua super semangat belajar lagi tentang bagaimana Islam mengarahkan tentang pendidikan. Kedua, kami berdua punya mimpi yang sama ternyata, ingin membangun sebuah lembaga pendidikan Islam yang high impact untuk membangun pribadi muslim yang sesuai dengan roadmap dari Allah melalui Rasulullah.

Sebagai bentuk rasa syukur tak terkira, saya akan mencoba listing beberapa hal yang membahagiakan atau berkesan selama 1442H lalu. Sebagian sudah sempat tertulis di postingan ini.

  • Menyelesaikan kuliah Bunda Produktif
  • Menjadi relawan pengajar 6 mata pelajaran di Pesantren Qur’an Sangatta Taqwa
  • Mengampu halaqah untuk santri Ulya di Pesantren dan kelompok halaqah dari Ustadzah Rosikho
  • Haidar menyelesaikan 21 juz setorannya
  • Mush’ab masuk sekolah payung di SD Muhammadiyah diikuti kepindahan Haidar dari PKBM ke sekolah payung tersebut
  • Menyapih Maryam dengan penuh cinta, tanpa drama dan bohong-bohong
  • Mengajar di STIE Nusantara, membimbing skripsi, KKN dll
  • Menjalankan Taqia sebagai bisnis
  • Menjalankan Kiddos yang sekarang sedang rehat hanya membuka kelas bahasa
  • Menjadi mahasiswa Bunda Shaliha di IP
  • Menginisiasi berbagai program bantuan untuk pasien isoman covid, di IP, di BBS, dan melalui Mbak Asih

Tentu saja masih banyak PR di 1443 H ini, bismillah saya coba listing juga agar jadi pengingat diri

  • Mendampingi Haidar menyelesaikan setoran 30 juz nya dengan harapan bulan November bisa selesai juga memfasilitasi belajar ilmu lainnya berbagi dengan suami bidangnya
  • Mendampingi Mush’ab dan Maryam belajar dan berinteraksi dengan Qur’an
  • Menyelesaikan target setoran Qur’an pribadi di LTQ Muyassarah
  • Jika diterima kuliah doktoral, menyelesaikan dengan sangat baik setiap jenjang perkualiahannya
  • Menyelesaikan tugas sebagai mahasiswi Bunda Shaliha dengan predikat sangat baik di Bulan Desember
  • Menuntaskan tugas sebagai dosen di STIE Nusantara
  • Menyelesaikan dengan baik amanah sebagai relawan di Pesantren Qur’an (jika mulai kuliah Oktober maka jadwal mengajar harus dikurangi)
  • Menyusun sebuah karya pribadi di tahun ini minimal 1 buah
  • Membesarkan Taqia di lokasi barunya

Semoga sebagai muslim sejati, banyaknya amanah bukan menjadi beban namun menjadi penyemangat untuk mengoptimalkan peran sebagai khalifah di muka bumi ini, aamiin aamiin ya Rabb

Semangat Menyala, Mencari Solusi

Pekan ini, kami kembali bertemu dengan tugas review. Alhamdulillah… Bersua kembali dengan Mbak Nurul dari IP Kaltara. Project Mbak Nurul sangat menarik terkait Read Aloud bersama tim yaitu partner pernikahan beliau yaitu suami tercintanya.

Saat mengerjakan challenge ke-3 ini Mbak Nurul sekeluarga sedang kurang fit karena terpapar Covid, tapi masya Allah masih tetap semangat.. Semoga Allah berikan kesembuhan segera dan sempurna untuk Mbak Nurul dan keluarga.

Sebagai peminat literasi dan salah seorang penggemar read aloud, saya pribadi sangat mendukung program ini. Kesannya sangat sederhana namun untuk istiqomah juga membutuhkan komitmen yang mendalam.

Perjuangan untuk rutin membacakan nyaring pada anak-anak memang tidak mudah namun insya Allah hasil yang diperoleh sebanding dengan perjuangannya..

Semangat Mbak Nurul dan semua bunda-bunda hebat, menyemangati diri sendiri juga intinya…

Menyelami Masalah, Kunci Pencarian Solusi

Tahap ketiga ini, kami diajak menyelam lebih dalam tentang masalah yang kami usahakan solusinya.

Mengapa? Karena berpikir dengan satu kepala dan banyak kepala tentunya akan lebih membuka wawasan sehingga tabir-tabir yang awalnya tertutup dapat tersibak.

Nah, kami telah dibekali tools berupa StarBursting yang di dalamnya terdapat elemen 5W 1H dan akan makin mendalam krn setiap kata tanya akan dielaborasi lagi menjadi minimal 3 pertanyaan. Gimana keseruannya? Yuk simak beraneka pertanyaan berikut ini

WHAT

Apa saja kunci sukses untuk meningkatkan kualitas SDM?

Banyak yang mengatakan bahwa jika kunci dalam mencari properti adalah lokasi, lokasi dan lokasi, maka untuk pendidikan kuncinya adalah guru, guru, dan guru.

Apa aktivitas seru dalam pendidikan yang dapat membuat peserta didik senang dengan belajar?

Biasanya melalui cerita dan suasana yang nyaman

Apa saja project serupa yang sudah berjalan?

Yang baru saja launching ada Sekolah Murid Merdeka, Kiddos EduFun, Mungilmu, dll

WHO

Siapa tokoh pendidikan yang patut kita baca karyanya sebagai referensi project ini?

Rasulullah, Ki Hajar Dewantara, Agus Salim, Hamka, Prof Naquib Alattas

Siapa saja yang perlu diajak lagi untuk berperan serta dalam project ini?

Semua warga yang peduli dan ingin berkontribusi

Siapa yang akan mendapat manfaat jika program ini berhasil baik?

Hampir semua mendapat manfaat, tapi utamanya adalah lingkaran terdekat dari penerima manfaat

WHY

Mengapa penting untuk memecahkan permasalahan ini?

Karena sepertinya banyak sekali akar dari masalah hukum, politik dan lainnya berawal dari kesenjangan level pendidikan ini

Mengapa permasalahan ini harus segera diselesaikan?

Karena waktu yang tepat untuk menyelesaikannya adalah segera

Mengapa kita harus turut berperan di dalam program ini?

Karena kita semua berkepentingan terhadap solusi masalah ini

WHEN

Kapan pendidikan mulai menjadi isu penting bagi dunia?

Sejak awal manusia lahir, misalnya saat Nabi Adam mendidik anaknya

Kapan waktu yang tepat untuk mulai mendidik anak?

Sejak akan menikah, dengan cara memilih pasangan terbaik, kemudian saat di dalam kandungan dan 1000 hari pertama kehidupan

Kapan kira-kira kita dapat menyelesaikan masalah pendidikan di negeri ini?

Segera saat ego yang muncul bisa diredam, setiap dari kita hanya sibuk berlomba dalam kebaikan

WHERE

Di mana sebaiknya anak belajar di usia 0-7 tahun?

Di rumah dan lembaga atau komunitas partner yang dirasa paling sesuai untuk anak

Di mana anak dapat memperoleh pengalaman, lifeskill dan ragam aktivitas untuk portofolionya?

Dari lingkungan sekitarnya

Di mana pendidik bisa belajar bagaimana cara mendidik yang benar?

Saat ini terbuka baik dengan pertemuan tatap muka maupun dari dari berbagai platform yang penting semangat belajar

HOW

Bagaimana cara yang seru dan menyenangkan agar anak termotivasi dari internal untuk belajar?

Menjadikan momen belajar adalah momen yang ditunggu – tunggu oleh mereka

Bagaimana menyemangati pendidik untuk selalu memberikan yang terbaik walau secara ekonomi rupiah yang didapat agak minim bahkan kadang nol?

Mengingat kembali bahwa profesi yang mulia adalah pendidik dan juga kegiatan yang dicintai Allah, jadi ekspektasinya bukan sekedar imbalan di dunia melainkan juga janji Allah di akhirat kelak. Tentunya orangtua dan pemerintah serta lembaga juga tetap harus memperhatikan kesejahteraan guru bukan sekedar meminta untuk ikhlas

Bagaimana menjadikan hubungan antara pendidik dan peserta didik adalah hubungan yang harmonis dan saling menghormati tanpa paksaan?

Mencintai tanpa syarat, tulus, maka insya Allah hormat itu akan tumbuh tanpa paksaan

Masyaa Allah, panjang lebar yaa aneka pertanyaan dan jawabannya, semoga makin menyemangati kami untuk menyelesaikan program ini sebagai alternatif solusi menyelesaikan masalah kami, bukan lagi masalah saya atau kamu.

Berkenalan dengan TEMANI

Masya Allah, sampai di review kedua… Kali ini seru2an memberikan feedback saya berpasangan dengan buddy yang luar biasa tabarakallah profil beliau pribadi dan teamnya…

TEMANI adalah brand yang diusung oleh Mbak Aini (buddy saya) bersama timnya, jadi Mbak Aini dan tim ini mengusung problem emosi negatif untuk diselesaikan, sehingga TEMANI berasal dari kata Tuntas Emosi Negatif

Lebih lengkap tentang tim ini bisa teman-teman baca di tautan berikut https://coratcoretaini.blogspot.com/2021/07/jurnal-2-temukan-teman-untuk-menjadi.html?m=1

Berikut ini adalah feedback atau review yang bisa saya sampaikan untuk tim super duper keren ini

Keputusan mbak Aini untuk bergabung dengan tim lain yang sudah ada dan memiliki leader bagi saya merupakan keputusan super keren, karena mampu mencari alternatif solusi bagaimana membangun tim dengan kondisi yang ada saat itu.

Melebur dan kemudian dengan sigap mengambil peran di tim tersebut merupakan langkah hebat yang patut diapresiasi.

Posisi yang ada di tim ini juga relatif sudah sangat mengakomodir kebutuhan langkah tim ini ke depan nantinya.

Good luck TEMANI, insya Allah jadi project yang berkah dan bermanfaat

Membangun Barisan Pejuang Solusi

Alhamdulillah, 2 pekan ini kami menjejak ke tahapan berikutnya, apa itu??

Mencari tim yang solid…

Awalnya semacam agak pesimis apa iya bisa membangun tim dalam waktu sesingkat ini, tapi… Penjelasan dari Ibu Septi, materi yang super keren membuat proses ini menjadi lebih mudah

Ini dia user persona yang saya susun

Nah, bikin story board ini agak mikir banget gimana bikin susunan ceritanya, semoga ga mumet yaa liat gambarnya? Kira-kira begini maknanya. Kutai Timur adalah daerah yang demikian kaya akan berbagai kekayaan alam, namun pendidikan di sini belum sekaya hasil tambangnya. Bagi yang memiliki dana lebih dari cukup maka memilih untuk belajar ke kota besar lain di Indonesia. Sedangkan bagi yang kurang mampu maka hanya bisa menerima pendidikan seadanya lalu berputar seperti labirin dengan kondisi kurang sejahtera bagi sebagian besar warganya. Karenanya dibutuhkan relawan pengajar untuk membangun nuansa pendidikan yang lebih baik, utamanya bagi anak didik yang berasal dari daerah pedalamannya.

Nah, inilah susunan berbagai soft dan hard skill yang saya pikir dibutuhkan untuk memecahkan masalah ini. Dari analisis ini, mulailah woro-woro.

Alhamdulillah, setelah woro-woro didapatlah tim yang super keceh walau masih ada juga yang kurang yaitu untuk media dan publikasi. Untuk educator juga masih bisa sih nambah lagi personil, rencana setelah ini akan terus woro-woro ngajakin teman-teman yang punya frekuensi sama untuk bergabung.

Bismillah, semoga tim ini bisa solid dan tangguh hingga project ini selesai sempurna. aamiin.

Senandung Cinta di Hati Bunda Shaliha

Beberapa waktu lalu saya membaca sebuah kisah nyata yang mengharukan. Sebuah kisah perjuangan sekaligus roman berlatar masa Kekhalifahan Bani Umayyah. Kala itu, menikahlah sepasang muda mudi bernama Suhaila dan Farukh. Kurang lebih 3 bulan masa pernikahannya ada panggilan jihad, Farukh sebagai pemuda shalih ingin mengikuti jejak sahabat dan tabi’in untuk ikut berjuang di medan jihad. Walau awalnya sangat berat bagi Suhaila namun ia berusaha tetap tegar. Farukh meninggalkan harta untuk hidup beberapa bulan dan menitipkan uang sebesar 30.000 dinar (kalau tidak salah jika dikonversi ke rupiah sekitar 150 milyar, masya Allah ya…) Singkat cerita ternyata Suhaila saat ditinggal dalam keadaan mengandung anak Farukh. Lama tak ada kabar tentang Farukh hingga suatu kali ada seorang mujahid yang kembali dan mengatakan bahwa ia menyaksikan Farukh dalam keadaan sekarat.

Hati Suhaila tentu hancur bukan kepalang, dan karena kabar tersebut ia baru menggunakan uang 30ribu dinar yang diamanahkan suaminya tersebut. Digunakan untuk apa? Untuk membiayai pendidikan anaknya, hingga kelak putranya tersebut menjadi salah satu ulama besar. Kisah lanjutannya sangat mengharukan tapi akan terlalu panjang jika dituliskan juga di sini.

Apa maksud saya menjadikan kisah tersebut sebagai pengantar review kali ini. Suhaila, saat ditinggal masih seorang wanita yang muda belia, uang 30 ribu ada di tangan, bisa saja ia gunakan untuk bisnis, atau jika menikah lagi pun bisa. Namun, senandung cinta seorang bunda tidka demikian, ia berikan sepenuhnya harta tersebut untuk memberikan pendidikan terbaik bagi putranya. Mbak Esaputri dan banyak bunda – bunda lainnya di masa kini menurut saya adalah sosok Suhaila yang bisa dijadikan teladan saat ini. Kepeduliannya pada pendidikan terlihat dari paparan jurnal beliau di bawah ini

Dan, berikut ini adalah review sederhana dari saya

Insya Allah dimudahkan oleh Allah untuk memberikan alternatif solusi terbaik bagi masalah tersebut ya Mbak… Semangat Mbak Esa, padahal Mbak Esa sedang dalam masa Isoman namun masya Allah luar biasa dedikasinya..

Berbaris Kembali, Menjadi Bagian dari Ibu Pembaharu

Setelah beberapa bulan menjalani libur panjang dari rangkaian perkuliahan di Institut Ibu Profesional, akhir Juni lalu sebagian besar mahasiswi Bunda Produktif alias warga Hexagon City kembali berbaris rapi. Kali ini kami mulai menapaki jenjang perkuliahan Bunda Shaliha, masyaa Allah, dari awal agak merasa belum pantas, tapi entah mengapa dorongan untuk terus belajar dan menjejak jauh lebih kuat. Dan, bismillah… Here we go..

Bukan IP dong namanya kalau kuliah ga dikemas seruuu.. hihi.. masyaa Allah, harus ngacungin berapa jempol yaa untuk tim formulanya.. Utamanya Ibu ideologis kami semua, Bu Septi Peni Wulandani.

Untuk teman2 yang baru mendengar pertama kali tentang Ibu Profesional maka jenjang kuliahnya bisa diintip di http://www.ibupembaharu.com yaa…

Di tulisan kali ini, saya ingin kembali berbagi tentang serunya kembali belajar bareng bunda2 hebat seantero nusantara bahkan banyak juga Ibu asal Indonesia yang sedang berdomisili di luar negeri.

Kita mau ngapain sih di perkuliahan ini, kalau ada yang berpikir bahwa jenjang bunda Shaliha akan megajarkan beragam aturan agam agar lulusannya mendapat kualifikasi shalihah, maka hal tersebut kurang tepat. Di perkuliahan ini menurut saya lebih dari sekedar shalihah, mahasiswi diajak menjadi muslihah, ikut menshalihkan sekitarnya. Oleh karenanya inti dari perkuliahan ini menurut opini pribadi saya adalah menjadi bagian dari solusi.

Nah, agar bisa menjadi bagian dari solusi tentunya kita harus tahu dulu dong masalah apa yang ingin kita pecahkan. Pada gambar di bawah ini, kami diajak memetakan masalah yang kami miliki, saya bagi peta masalah saya jadi 2 bagian, yaitu atas sebagai masalah pribadi dan keluarga sementara bagian bawah adalah masalah di lingkungan saya. Ketahuan yaaa masalah hidup saya banyakk banget, wkwkwk… Tapi saya tetap berusaha mensugesti positif diri bahwa bahkan jika saya memiliki 1000 masalah maka Allah akan menyiapkan 1001 solusi untuk saya cari dan ambil hikmahnya.

Dari sekian banyak masalah tersebut, yang manakah yang saya pilih untuk mencoba pecahkan di perkuliahan ini? Surprisingly, setelah merenung, saya nekad banget memilih masalah yang luar biasa njlimet menurut saya, tapi saya pengen berusaha jadi bagian dari solusinya karena multiplier effect dari solusi masalah ini insya Allah bisa meluas. Apakah itu? Berusaha memperbaiki kualitas SDM di Kutai Timur, WOW bangetz gak sih? tapi saya memulai small stepnya dari sebuah lembaga sederhana yang menampung profil anak Kutim kebanyakan. Sebuah pesantren Qur’an di Kutai Timur yang sebagian besar santrinya adalah dhuafa, mereka dan orangtua mereka bertekad menjadikan santri sebagai identitas hidup untuk memperbaiki kualitas diri mereka.

Bismillah, masalah ini seperti gunung es, namun kita akan coba memecahkannya mulai dari hal yang paling sederhana

Nah, demikian kira-kira uraian masalah yang saya jadikan project problem based learning di perkuliahan ini, semoga Allah mudahkan prosesnya dan menjadi manfaat bagi semua, aamiin.

Di akhir postingan ini, kampus Ibu Pembaharu memiliki kriteria kelulusan bagi mahasiswanya, namun mahasiswanya juga diminta menyusun kriteria personal lulus versi kami. Bagi saya, saya menganggap diri saya lulus jika telah menghasilkan dokumentasi solusi dan memiliki postingan rutin di blog terkait solusi masalah ini.

Hello, 2021….

Sudah hampir 2 bulan berlalu, tapi baru sempat menyapa tahun 2021 di blog 😀

Kalau dulu resolusi di awal tahun demikian marak, nampaknya tidak demikian di tahun belakangan ini. Pandemi yang belum mereda walau masyarakat sudah kian akrab dengan suasana new normal ini. Life must go on, maka tagline itu menjadi jalan setiap orang mulai membiasakan habit baru agar hidup tetap berjalan sambil berharap segera normal.

Nah, saya sendiri bagaimana? Ada banyak hal yang menjadi fokus untuk dicapai tahun ini.

Dimulai dari diri sendiri, saya memfokuskan untuk mengembangkan diri melalui beberapa forum yang ada (alhamdulillah selama pandemi justru menemukan banyak peluang majelis ilmu dari seluruh penjuru negeri). Memperbaiki ibadah dan ilmu agama menjadi fokus utama. Kuliah Bunda Produktif sudah mencapai hampir garis finish beberapa pekan ke depan. Kuliah online di Gemari Madya terpaksa saya drop karena belum sanggup menyelesaikan turgas rutin dan materi menggunakan aplikasi yang jarang saya buka, hiks. Mengikuti sesi Akhwat 101, Schole Fitrah, dan Women Scholar namun ternyata ada beberapa yang bentrok dengan amanah lain, jadi bismillah, semoga bisa menyimak rekamannya di kemudian hari. Sayapun masih lanjut menjadi peserta didik di LTQ Muyassarah untuk setoran rutin hafalan.

Setelah diri sendiri, kini beralih ke keluarga. Memberikan sesi pendidikan terbaik selama di rumah menjadi keluarga homeschooler jadi target saya sebagai Bunda, namun memang masih agak slow progress. Saya masih harus menyesuaikan ritme tahfidz anak-anak yang makin banyak membutuhkan sesi muraja’ah. Saya dan suami makin semangat mengeksplor menu-menu baru untuk dimasak bareng saat weekend atau hari-hari tertentu.

Sebagai pengajar saya masih aktif mengampu cukup 1 mata kuliah saja per semester di kampus tempat saya mengajar. Menjadi pembimbing skripsi pun saya batasi jumlah mahasiswanya agar lebih leluasa mengatur waktu. Selain mengajar di kampus, sesekali saya menjadi mentor di kelas anak pada Kiddos EduFun. Yang juga rutin adalah menjadi relawan pengajar 4 kelas di sebuah pesantren Qur’an di Sangatta. Kelas yang saya ampu adalah Bahasa, Sirah dan Mentoring Islam.

Untuk bisnis, masih fokus mengembangkan Taqia dan Kiddos EduFun. Alhamdulillah, sudah ada tim yang membantu, sehingga perhatian tidak perlu terlalu tersita untuk hal-hal yang operasional banget.

Aktivitas lain di komunitas Ibu Profesional, Bunda Belajar Sangatta serta lainnya berusaha dibagi-bagi. Sambil menargetkan diri tetap menghasilkan karya minimal sekali dalam 1 tahun.

Sekian update setelah melalui 2 purnama di tahun 2021 ini.

Bunda Bukan Ustadzah: Cerita di Balik Keutamaan Rajab

Anakku, bunda memang bukan Ustadzah apalagi ulama, tapi bunda senantiasa berikhtiar belajar, berazzam untuk menuntut ilmu sedikit demi sedikit. Kali ini, di awal bulan Rajab, bunda baca-baca kembali dan mendengarkan berbagai kajian tentang keutamaan bulan Rajab mana amalan yang memang disyariatkan dan mana yang tidak.

Nah, kalau ditanya kapan waktu yang efektif untuk menyampaikan tema-tema yang sedikit “berat” ini kepada anak2 dengan usia yang bervariasi 12th, 9th, 6th dan 2th, maka saya memilih salah satunya adalah saat bersama mereka di mobil. Seperti kemarin, sepulang dari rumah tahfidz tempat mereka mengaji, saya membuka wacana dengan pertanyaan.

“Siapa yang tahu, sekarang bulan apa pada penanggalan hijriyah?

“Rajab” Riuh rendah mereka menjawab.

“Bulan keberapa?” Kasak kusuk tebak sana sini tapi belum tepat 100%, akhirnya dibacakan ulang urutan bulan HIjriyah, baru ngeh bulan ke-7 🙂

Apa keistimewaan bulan Rajab? Tanya bunda lagi. Mas Haidar menjawab, salah satu bulan Haram. Bunda tanya lagi, bulan apa saja yang termasuk bulan Haram? Alhamdulillah dijawab dengan baik, yaitu Dzulqidah (memang menurut Ustadz Adi HIdayat begini ya spellingnya bukan Dzulqadah), Dzulhijah, Al Muharam, dan Rajab.

“Memangnya ada apa sih di bulan Haram?” Kali ini pertanyaan bunda tidak bersambut ramai. Duo jagoan menjawab, ga boleh perang. Iya betul, lebih tepatnya jangan sampai berbuat maksiat di bulan Haram. Mengapa? Karena dosanya akan dilipatgandakan. Makanya, dulu saja, orang-orang jahiliyah jika masuk bulan Haram akan menghentikan kemaksiatan mereka, sementara mereka berhenti minum khmar, zina, membunuh, mencuri dan lain-lain. Jadi, kalau kita sampai masih terjerumus pada kemaksiatan maka kita lebih parah bodohnya dari orang Jahiliyah. (Memberi nasihat begini agak berat soalnya, harus jadi catatan besar dulu terhadap diri sendiri)

Nah, yang lucu sepanjang siang sore malam kemarin, kalau ada yang iseng, maka saudara lainnya menjawab “Hhhh, sabar-sabar, awas ya kalau sudah bukan bulan Haram aku balas” 😀 Antara pengen ketawa dan terharu, nano-nano rasanya. Tapi begitulah anak-anak, selalu punya cara sendiri menafsirkan sesuatu.

Bismillah, semoga kita semua dapat menjalani bulan Rajab ini dengan penuh makna, menjauhi segala bentuk kemaksiatan. Aamiin.

Menyapih dengan Cinta

2 pekan yang lalu, putri keempat kami memasuki masa S3 ASI-nya. Sounding sudah dilakukan sejak sebulan dua bulan terakhir, mensuggesti bahwa Adek Maryam sudah besar dan hebat insya Allah nanti minumnya air putih. Wallahu a’alam Maryam paham atau tidak, kalau mau tidur Bunda katakan seperti yang diajarkan Ustadz Ustadzah di sesi parenting, Allah berfirman bahwa masa menyusui itu kurang lebih 2 tahun dek, bismillah yaa nanti setelah 2 tahun adek ga minum ASI Bunda lagi. Apakah lancar jayya?

Jreng jreng… dua pekan sebelum usia 2 tahun, entah kenapa saya merasa Maryam makin manja dan frekuensi menyusunya malah lebih sering. Deg, makin cemas donk, sukses ga ya nanti proses penyapihannya. Beberapa bulan sebelumnya saya sudah mengikuti kulwap bertema menyapih dengan cinta, tapi kayaknya masa persiapan justru makin berat melepas ASI si adek.

Akhir Januari, kembali mendengarkan ulang berbagai kajian, dari sana mengulang lagi ilmu bahwa penyapihan adalah salah satu fase kemandirian anak. Maka, bismillah… Mulai tanggal 1 Februari saya kurangi menyusuinya dan tepat 2 Februari saat adek berusia 2 tahun, proses penyapihan dilakukan. Setiap mau tidur atau merasa gelisah saya gendong, peluk.

Masa terberat tentunya malam hari, menjelang tidur, dan saat tidak sengaja terbangun. Masa di mana biasanya bunda ga riweuh langsung disusui dan adek juga langsung nyaman berganti dengan proses menggendong dan rengekan yang luar biasa. Rasanya seperti mengulang masa begadang di awal kelahiran. 😀

Alhamdulillah, biidznillah, saat berat menyapihnya berlalu kurang lebih dua hari saja, setelahnya makin smooth dan hari ini alhamdulillah adek kadang bisa tidur sendiri, kadang harus dielus2 dulu, kadang dipangku dan masih beberapa kali juga perlu digendong.

Bunda dan Mommies yang sedang menyiapkan masa penyapihan, semangat ya… Bismillah, berdo’a pada Allah dan ikhtiar maksimal. Sounding bisa dimulai dari beberapa bulan sebelumnya, dan insya Allah bisa sukses tanpa memberikan sesuatu yang mungkin menimbulkan traumatik pada anak di masa mendatang, misalnya dengan mengoleskan sesuatu berwarna merah di sekitar area menyusui atau jenis lainnya.